Rekoris & Cover Terbalik
Saya punya uneg-uneg nih… Saya berharap SeRu! menjadi pelopor dalam mempopulerkan kata rekoris, usulan saya untuk sebutan bagi pemegang rekor Muri. SeRu! sudah memulainya di edisi 3 (hal. 50), sayang di edisi 5 kata rekoris tidak dipakai lagi.
Cover SeRu! yang “bolak-balik terbalik” adalah ciri khas (mungkin yang pertama di Indonesia, bisa jadi masuk Muri nih…), tapi cuma 2 edisi kok langsung menghilang? Di edisi 3 saya maklum karena rambut Ecih yang panjang. Tapi edisi 4 kok tidak “bolak-balik terbalik” lagi?
Kalau menulis adanya pemecahan rekor, sebisa mungkin sajikan data (nama & catatan rekor lama sebagai pembanding). Contohnya rekor baru gebuk drum (ada data rekor baru dan lama). Di liputan “Sapu Tangan Tertua…” tak disebutkan misalnya rekoris lama slip gaji terbanyak adalah Jumeno asal Batang (disimpan sejak 1971). Atau di liputan “SeRu! Pecahkan Rekor” tak ada data rekoris lama. Misalnya teriakan terkeras rekoris wanita 118 db yang tak terpecahkan itu atas nama Fitriana Linawati asal Purbalingga.
Di edisi 4 tertulis Hari Mulyono usia 32 (lahir 1970), Lastri ibunya 40 tahun. Gak salah nih? Itu artinya sang ibu melahirkan Hari saat berusia 8 tahun, dan mungkin nikahnya saat usia 7 tahun. Kalau benar, bisa jadi ini rekor baru Muri.
Sekian surat saya, sukses selalu untuk SeRu!
Terima kasih atas usul, saran & kritik Bung Hendry, sang rekoris yang namanya berulang kali tercatat di Muri (termasuk saat memecahkan rekor sendiri menyusun koin tertinggi dalam acara “SeRu! Pecahkan Rekor” ).
Sebagaimana cover edisi 3, cover edisi 4 tak kami buat bolak-balik karena cover depan dan belakang memiliki satu “tarikan napas” yang sama- sama-sama tentang manusia muka mbletot.
Seingat kami, Anda pernah berjanji untuk mengirim tulisan khas ke SeRu! ke redaksi SeRu!. Ayo, kami tunggu lho.
Surat Pembaca ini dimuat di majalah SeRu! 08/08-21 Januari 2003 hal. 13
*************************
Kata rekoris semula dipakai di majalah SeRu! dengan memberi tanda kutip “Rekoris” tapi akhirnya resmi dipakai (termasuk untuk judul berita/ headline), tanpa tanda kutip lagi. Usulan kata penggunaan kata rekoris telah disampaikan ke berbagai pihak yang sering berhubungan dengan rekoris.
Beberapa di antaranya: Prisma Entertainment yang memproduksi tayangan Rekor Nekat, Avicom yang memproduksi Luar Biasa (saat ditayangkan, di bawah nama saya tertulis Rekoris), Shandika Widya Cinema yang memproduksi Bussseeet!, ke tabloid Tokoh, dan berbagai pihak yang mewawancarai saya. Saat menulis artikel/ feature sehubungan dengan rekor, saya juga memakai kata rekoris. Beberapa yang telah menggunakan kata ini antara lain: harian Galamedia, majalah intern BVD (Berita Vimala Dharma), majalah sekolah, Gita, dan pada Buku Mini Tanda Kasih (souvenir pernikahan kami). Harapan saya ke depan, kata rekoris semakin memasyarakat, dan pada akhirnya bisa masuk ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
No comments:
Post a Comment