Thursday, January 27, 2005

Catatan Perjalanan, 27-01-2005: "Hendry Filcozwei Jan Raih Piagam Rekor Ke-5"

Hendry Filcozwei Jan

Raih Piagam Rekor ke-5


**************************************************

Kamis (27/01) bertempat di ruang Asoka, Hotel Grasia Semarang berlangsung perayaan ulang tahun ke-15 Muri (Museum Rekor Indonesia). Perayaan ultah Muri yang bersamaan dengan ultah Dr. Jaya Suprana, direktur sekaligus pencetus Muri ini dibarengi dengan Pengujian Rekor dan Penyerahan Piagam Rekor Muri. Hendry Filcozwei Jan, wong Palembang yang kini menetap di Bandung, adalah salah satu rekoris yang diundang ke acara tersebut. Berikut catatan Hendry tentang acara ultah ke-15 Muri yang ditulis khusus buat pengunjung situs www.hfj-rekoris.blogspot.com


**************************************************


Suasana perayaan ultah Muri kali ini jauh lebih meriah daripada perayaan 2 tahun lalu di Hall Muri, Semarang di kawasan Srondol, lokasi pabrik Jamu Jago. Pada perayaan kali ini, selain rekoris (istilah untuk pemegang rekor) dan calon rekoris yang diundang lebih banyak, sponsor acaranya pun jauh lebih banyak. Dalam kesempatan itu tampak pula hadir beberapa public figure seperti: H. Sukawi Sutarip (mantan walikota Semarang yang juga berultah pada tanggal yang sama), Rudy Choirudin (presenter acara masak), Helmy Yahya (presenter kuis), dan Kak Seto Mulyadi (pemerhati anak).

Kamis, 27 Januari 2005 sekitar pukul 09.30 WIB acara baru dimulai (terlambat dari waktu yang direncanakan, yakni pukul 08.00 WIB). Setelah kata sambutan dari Paulus Pangka, SH, manajer Muri, acara pengujian rekor pun dimulai. Kehadiran penulis bersama Linda (istri), dan Dhika (anak) atas undangan Muri ini adalah untuk yang keempat kalinya. Pertama tahun 1998 di Semarang, kedua tahun 2000 di Istana Negara, ketiga tahun 2003 di Semarang, dan sekarang yang keempat tahun 2005 di Semarang.

Dalam lembaran data yang dibagikan kepada yang hadir (rekoris, calon rekoris, undangan, dan pers) ada 14 rekoris yang akan menerima piagam rekor dan 32 calon rekoris yang akan diuji. Sekedar catatan, setiap orang berhak mengajukan rekornya untuk dicatat di Muri. Ada pun kriteria untuk tercatat di Muri adalah paling/ ter (misalnya manusia paling berat, sepatu paling besar, buku paling kecil), pertama (wanita pertama yang menjadi wasit sepak bola, orang pertama yang membuat lukisan dari pelepah pisang), unik/ langka (satu keluarga yang tanggal & bulan lahirnya sama, pasangan kembar menikah dengan kembar). Ada satu lagi kriteria tak tertulis, yakni harus bersifat mendidik. Misalkan Anda ingin tercatat di Muri sebagai orang yang mampu melompati sekian puluh mobil dengan motor, penulis sarankan sebaiknya Anda memikirkan rekor lain saja. Kemungkinan besar rekor beresiko tinggi seperti ini tidak akan dicatat di Muri. Mengapa? Karena rekor sejenis ini dikhawatirkan akan memacu orang lain untuk meniru, dan tidak jarang akan menimbulkan kecelakaan fatal.

Piagam Rekor ke-5

Penulis hadir sebagai rekoris untuk menerima piagam rekor pembuat Puzzle Terkecil dan calon rekoris “Orang Pertama yang Membuat Buku Tanpa Judul.” Sebelumnya penulis telah menerima 4 piagam rekor Muri. Pertama, tercatat sebagai rekoris Pembuat Kartu Ulang Tahun Terkecil (lihat Buku Pintar Senior hal. 153), kedua: Menara Uang Tertinggi (Okt 1998), ketiga: Menara Uang Tertinggi (memecahkan rekor sendiri, Okt 2002), dan keempat: bersama istri (Linda) Membuat Undangan Pernikahan Berbentuk Unik (Kubus) dengan 6 Bahasa Berbeda di ke-6 Sisinya: Indonesia, Inggris, Tionghua, Perancis, Jerman, dan Pali (bahasa India kuno).

Banjir Sponsor

Biasanya acara yang digelar Muri, organisasi nonprofit ini berlangsung secara sederhana. Maklum saja dengan dana terbatas, biasanya acara digelar di Hall Muri. Harap maklum juga kalau semua akomodasi ditanggung sendiri oleh calon rekoris. Tapi pada ultah kali ini, peserta tidak hanya mendapat snack, tapi juga makan siang prasmanan. Boleh dibilang kali ini banjir sponsor, banjir hadiah. Bila sebelumnya rekoris hanya mendapat piagam rekor dan kenang-kenangan berupa produk jamu, kali ini ditambah sejumlah barang mulai gantungan kunci, jam dinding sampai kain batik dan olie dari perusahaan-perusahaan yang juga tercatat sebagai rekoris Muri. Acara perayaan ultah ke-15 Muri yang diliput media cetak dan elektronik ini berakhir sekitar pukul 15.00 WIB.

Anda Lebih?

Setelah pengujian rekor, dewan juri Muri yang terdiri dari Pak Ocke Rubino, Paulus Pangka, SH, dan Ibu Wida memberi waktu 1 bulan kepada masyarakat untuk mengajukan klaim. Bila Anda merasa lebih (lebih banyak, lebih dulu,…) bisa melayangkan surat ke Jl. Perintis Kemerdekaan 275, Srondol, Telp. (024) 7475 172 Fax (024) 7475 173 Semarang 50132. Simaklah data rekoris dan calon rekoris yang hadir di ultah ke-15 Muri berikut:

Rekoris: H. Santosa D. Hadikusumo (kolektor batik terlengkap: ± 10.000 macam), Rudy Choirudin Saleh (presenter acara masak terlama: 14 tahun), David Setiabudi, S.Sn, AmRO (pembuat game original Indonesia pertama), Kevin Soedyatmiko (siswa termuda pertama di Indonesia yang memperoleh predikat The Best of Use of The Sakamoto Method: 11 tahun), Qurrota Aini (menulis antalogi cerpen termuda: 8 tahun), Warronuddin (pendaki gunung (gunung Ciremai) tertua: 60 tahun), Aggi Tjetje (peraih gelar multidisiplin terbanyak: 8 gelar), Mohliansa (menyanyi dan melukis terlama: 15 jam nonstop), M. Natsir (pemrakarsa pembuatan mainan othok-othok terbesar: tinggi 5 meter, lebar 3 meter) dan (permainan othok-othok terbanyak 9.937 peserta), Cabang Paguyuban Pasundan Kab. Cianjur (pembuat alat musik kecapi terbesar: 21 m x 6 m x 1,5 m), Triwarsana, Metro TV, antv, Indosiar (Kuis dan Game Show Gladiator 1 Milyar: kuis dengan hadiah terbesar, Penghuni Terakhir: Reality Show dengan hadiah terbesar: 1 Milyar, Kuis Siapa Berani: Kuis yang disiarkan secara langsung dengan peserta terbesar), RSU Tidar, Magelang (pagelaran seni di dalam lokasi rumah sakit), Hendry Filcozwei Jan (pembuat puzzle terkecil), Parni Adi Pranoto (pengumpul struk rekening listrik terbanyak: 355 lembar sejak Juni 1974-sekarang).

Calon rekoris:

Atjep Amri Wahyudi (pendonor darah terbanyak di tempat berbeda: 92 kali donor di 10 kota berbeda), Adib SN, S.Ag. (koleksi kearsipan pribadi terbanyak: 11 macam), Dewan Suwandi (kolektor uang kertas dengan nomor seri sama/ kembar terbanyak), Hokyanto (kolektor brosur terbanyak: ± 4.000 macam, Ie Tjok An (mengunjungi vihara/ kelenteng terbanyak: 200 vihara dalam waktu 3 tahun), PT Megasurya Mas (pelopor sabun buah di Indonesia), Evi Budi Lestari dan Meifa Dela Banu Tri S. (pelipat tubuh berpasangan dengan variasi terbanyak: 36 macam), Kasyfi Kalyasyena {usia termuda (3 tahun) mampu menyanyi lagu terbanyak: 57 lagu}, Abdul Aziz (kayang dengan dibebani 100 kg), Nova Haryanti (kayang tanpa tumpuan tangan bolak-balik terbanyak 100 kali), Dra. Hj. Darosy Endah Hyoscyamina dan Ilham bersaudara (keluarga berprestasi dalam bidang baca puisi: ibu beserta 4 putra-putrinya), Disni Donovan (sendi tangan berputar 360ยบ, Unggul Panggayuh (pembuat origami terkecil berbentuk burung: 2,5-3 mm), Ir. Teguh Joko Dwiyono (pelopor seni lukis dengan bahan kulit telur), Moselis Arief (lukisan wajah Soekarno terkecil: 3x3 mm), Iwan Ridwan (lukisan wajah Gus Dur terkecil: 2x3 mm), Apotek K-24 (Apotek jaringan buka 24 jam nonstop), Hendi Sumantono (menirukan lagu atau improvisasi melodi dalam interlude lagu dengan suara saxophone, oboe, dan trombone), Bambang Haryanto (pencetus episthoholik Indonesia: komunitas jaringan para penulis surat pembaca), Smile Kids Band {group band anak-anak wanita (usia di bawah 15 tahun) pertama di Indonesia}, Ang Indra Kusuma (narapidana pertama yang menulis lagu, mengaransir lagu, music player, programmer, vokalis, recorder, dan mixing), Jessica Aprilia (peraih penghargaan terbanyak di bidang melukis: usia 10 tahun menang lomba 273 kali), G.Dewi Tarot (kolektor kartu Tarot terbanyak: 28 set), Mayor Haristanto (tim sukses artis SMS terbanyak: 5 artis), R.Bambang Soebagio (ketua RT terlama: 38 tahun), Djawandi (menempuh perjalanan dinas swasta terjauh: 325 km setiap hari kerja), Hendry Filcozwei Jan (orang pertama yang menulis Buku Tanpa Judul), KH. Hanif Adzhar (menulis puisi terbanyak dalam waktu tercepat: 100 judul puisi dalam waktu 15 hari), Christine & Ira (membuat origami terbanyak: ± 8.000 macam), drg. St. K. Budiono Halim bersama istri, drg. C. Budi Yennie Wresoatmodjo (kolektor sikat gigi terbanyak: 774 buah), dan terakhir drg. C. Budi Yennie Wresoatmodjo (kolektor pin terbanyak: 405 buah).

Bila apa yang Anda miliki lebih daripada data tadi, silakan kirim data ke Muri. Atau Anda punya kemampuan unik yang tak bisa dilakukan orang lain, koleksi barang yang sangat banyak, atau apa saja yang tidak biasa, silakan kirim data beserta foto atau foto copy berkas pendukung. Siapa tahu nama Anda layak tercatat di Muri. Semoga saja dengan membaca tulisan ini, banyak pengunjung situs yang terinspirasi untuk menjadi rekoris. (zwei)

Tuesday, January 25, 2005

Pikiran Rakyat, 25-01-2005: “3 Warga Jabar Pecahkan Rekor Muri”

3 Warga Jabar Pecahkan Rekor MURI


GARUT, (PR).-
Tiga orang warga Jabar berhasil memecahkan rekor baru Museum Rekor Indonesia (Muri) di Semarang, Kamis (27/1). Sementara, enam orang warga Jabar lainnya menjadi nominator Muri dalam upaya pemecahan rekor baru dari 31 kategori. Demikian keterangan yang diberikan Iwan Ridwan, salah seorang kandidat pemecah rekor kategori lukisan wajah terkecil dari Garut yang ketika dihubungi "PR" kemarin masih berada di Semarang.


Ketiga warga Jabar pemecah rekor tersebut yaitu Waronudin (60) sebagai pendaki gunung Ciremai tertua, sapi terbesar berukuran 2,1x6x1,5 meter milik Paguyuban Pasundan Cianjur, serta Parni Adi Pranoto dari Cimahi dikukuhkan sebagai kolektor struk rekening listrik terbanyak berjumlah 355 lembar yang dikumpulkannya sejak 1974. Ketiga warga Jabar tersebut merupakan penerima rekor Muri dari 14 kategori yang dikukuhkan langsung oleh Muri di Semarang bertepatan dengan hari ulang tahun Muri ke-15.


Jabar ternyata tak hanya memiliki tiga orang pemecah rekor baru Muri, melainkan juga enam orang calon pemecah rekor baru lainnya dari 31 kategori yang berlainan. Keenam calon pemecah rekor tersebut yakni Dewan Suwandi (Cianjur) sebagai kolektor uang yang memiliki nomor seri kembar terbanyak, Kasyfi Kaliasyena (3) dari Garut dalam kategori usia termuda yang dapat menyanyikan lagu terbanyak (57 lagu), Hendi Sumantono (Cimahi) yang dapat menirukan lagu/ improvisasi lagu dalam interlude lagu dengan suara saksofon, oboe, dan flute.


Tiga orang calon pemecah rekor lainnya Smile Kids Band (Tangerang) sebagai group band anak-anak wanita di bawah 15 tahun pertama di Indonesia, Hendry F. Jan (Bandung) sebagai penulis “Buku Tanpa Judul” dan Iwan Ridwan (Garut) sebagai pelukis wajah terkecil. "Keenam calon pemegang rekor baru Muri itu kini tinggal menjalani penilaian publik.


Sementara itu, lukisan wajah terkecil berukuran 2x3 mm bergambarkan mantan presiden Abdurahman Wahid milik Iwan Ridwan dari Garut harus bersaing dengan Moselis Aris (34), pelukis dari Sidoarjo Jatim yang memiliki lukisan berukuran 3x3 mm bergambar mantan Presiden Soekarno. Pada kesempatan itu, sebanyak delapan lukisan supermini karya Iwan sempat dipamerkan di Semarang. (A-124)***


Dikutip dari koran Pikiran Rakyat, Jumat (28 Januari 2005).

Bisa juga dilihat di:

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0105/28/0408.htm


Tuesday, May 13, 2003

Tokoh, 13-19 Mei 2003: “Undangan Pernikahan Enam Bahasa”

Undangan Pernikahan Enam Bahasa

Kali ini bukan acara pernikahannya yang masuk Muri tapi kartu undangan pernikahan yang dinilai unik. Pernikahannya sendiri baru akan dilangsungkan 1 Juni mendatang. Calon pengantin, Hendry Filcozwei Jan (33) dan Linda (30), membuat kartu undangan berbentuk kubus di mana kata-katanya menggunakan enam bahasa yakni: Indonesia, Prancis, Jerman, Inggris, Mandarin, dan Pali. Bisa jadi undangan pernikahan berbentuk kubus dengan menggunakan enam bahasa, bukan saja pertama di Indonesia tapi juga di dunia. Karenanya tak heran kreativitas ini dianggap Muri sebagai suatu yang unik dan pantas dicatat.


“Selain menggunakan enam bahasa, secara teknis pembuatan kartu undangan itu juga unik karena bisa dibentuk menjadi kotak. Prestasi ini layak dimasukkan dalam koleksi museum rekor,” ungkap Jaya Suprana, ketua Muri, beberapa waktu lalu.


Hendry dan Linda, memang telah jauh-jauh hari merancang undangan pernikahan mereka. Keduanya ingin membuat sesuatu yang berkesan untuk hari yang berbahagia itu. “Undangan ini kami buat atas inisiatif sendiri,” ujar calon pengantin dari Bandung ini saat presentasi di gedung Muri, Semarang.


Dikutip dari tabloid Tokoh, 13-19 Mei 2003, hal. 11

Saturday, February 1, 2003

Pikiran Rakyat, 01-02-2003: “Undangan Menggunakan Enam Bahasa. Pengantin Asal Bandung Masuk Museum Rekor”

Undangan Menggunakan Enam Bahasa
Pengantin Asal Bandung
Masuk Museum
Rekor




SEMARANG, (PR).
Museum Rekor Indonesia (Muri) Semarang menyambut positif prestasi yang diciptakan calon pasangan pengantin asal Bandung karena menciptakan karya membuat undangan yang menggunakan enam bahasa. “Keenam bahasa yang dituangkan dalam undangan tersebut yakni bahasa Indonesia, Prancis, Jerman, Inggris, Mandarin, dan bahasa Pali,” kata Direktur Muri Semarang, Dr. Jaya Suprana, di Semarang, Jumat.

Di samping menggunakan enam bahasa, secara teknis untuk pembuatan kartu undangannya juga dinilai spesifik karena bisa dibentuk menjadi kotak sehingga prestasinya itu layak dimasukkan menjadi koleksi museum rekor. Menurut Jaya, prestasi dari calon pengantin asal Bandung dalam pembuatan kartu undangan pernikahannya yang unik itu baru pertama kali maupun langka dan setelah menjadi koleksi museum rekor bisa dijadikan percontohan kepada masyarakat.

“Setelah dilakukan uji keabsahan di Muri Semarang, Kamis (30/1) karya kartu undangan yang dicetak calon pengantin asal Bandung itu membuktikan bahwa produk kartu undangan itu layak dikembangkan di masyarakat,” katanya. Bahkan, katanya, dengan langsung dimasukkannya menjadi koleksi museum rekor di Semarang, bisa menjadi percontohan kepada masyarakat pentingnya seseorang atau kelompok masyarakat untuk berprestasi yang lebih gemilang.

Sejak Muri Semarang berdiri 27 Januari 1990 sampai HUT-nya yang ke-13, jumlah rekor yang sudah menjadi koleksi telah mencapai 833 buah. Sementara itu, informasi yang dihimpun dari calon pengantin asal Bandung yakni Hendry Filcozwei Jan (33) dan Linda (30) ketika uji keabsahan di Semarang, mengakui bahwa hasil karya untuk membuat kartu undangan yang dinilai unik itu menggunakan enam bahasa merupakan inisiatif sendiri. Ini terkait dengan rencana untuk menikah tanggal 1 Juni 2003 yang akan datang. (ant)***




Dimuat di harian Pikiran Rakyat, Sabtu, 01 Februari 2003 hal. 7

Friday, January 31, 2003

Suara Merdeka, 31-01-2003: “Pencipta “Bangawan Solo” Masuk Muri”

Pencipta “Bangawan Solo” Masuk Muri


Kendati sudah berusia 85 tahun, Gesang Martohartono masih lantang bernyanyi. Tanpa diiringi musik, pria kelahiran Surakarta 1 Oktober 1917 itu melantunkan lagu langgam “Bengawan Solo” di aula Museum Rekor Indonesia (Muri) untuk memenuhi permintaan tim penguji.

Dia dinyatakan sebegai seniman tertua yang masuk dapur rekaman sehingga berhak mendapatkan penghargaan dari Muri. Album terbaru Gesang berjudul Sebelum Aku Mati digarap di studio GNP Jakarta dan Pusaka Semarang pada Agustus dan September 2002.

Sertifikat rekor bernomor 839 diserahkan sendiri oleh Ketua Umum Muri, Jaya Suprana kepada Gesang. “Saya sangat kagum kepada Pak Gesang. Lagu-lagunya saya temukan di beberapa negara yang pernah saya kunjungi, seperti Cina, Jepang, dan Korea,” ujar Jaya.

Album tersebut terdiri atas 10 lagu ciptaan Gesang dan 2 lagu milik orang lain. Seluruh lagu dinyanyikan secara duet dengan beberapa bintang langgam dan keroncong seperti Waldjinah, Sundari Soekotjo, Tuti Tri Sedya, dan Sri Widadi.


Selain Gesang, beberapa pemegang rekor baru juga menerima sertifikat. Di antaranya MN Andrean Susilodinata (12) sebagai master nasional catur termuda Indonesia, Ayu Okvitawanli (11) sebagai penulis novel termuda, dan Masngudin (82) yang mampu tidur telentang di antara dua punggung kursi.

Sedangkan calon pemegang rekor yang diuji antara lain Yohanes Haryono, pemilik beo nias yang bisa bersiul 13 macam lagu, Drs. Sukanto, guru pembina yang berhasil membuat karya ilmiah terbanyak, dan Seger Wicaksono yang mampu melakukan push up 63 kali dalam waktu 55 detik dengan tumpuan ibu jari.

Ir. Catrini S. Utami cukup unik karena memiliki organ tubuh terbalik. Posisi jantungnya berada di rongga dada kanan, usus buntu di sebelah kiri, dan liver atau hati juga terletak di sebelah kiri.

Ada pula Roza Delima yang mampu menulis dengan huruf terkecil, yakni 10x5mm, Drs. HR Suharjiman yang dapat menulis latin sebanyak 93 kata dari kanan ke kiri dalam waktu 7 menit 5 detik, dan Abdul Halim yang mampu membuat kumis palsu terpanjang.

Hendry Filcozwei Jan dan Linda membuat undangan pernikahan berbentuk kubus dengan enam bahasa berbeda, sementara Teddy Yosua Sanjaya mampu memantulkan bola ke lantai sebanyak 494 kali secara nonstop.

Menurut Manajer Muri, Paulus Pangka, SH, pihaknya akan menunggu reaksi masyarakat selama sekitar sebulan setelah pengujian. Bila tidak ada yang mengklaim pengujian tersebut, maka mereka berhak mendapat sertifikat rekor Muri. Rekor bisa tumbang bila di kemudian hari ada yang mampu mengungguli. (Asep BS-45)


Dikutip dari Suara Merdeka, Jumat, 31 Januari 2003, hal. XIII dan XIV

Gatra, 31-01-2003, "Undangan Pernikahan Enam Bahasa, Masuk MURI"



Berita tercatatnya rekor Hendry Filcozwei Jan & Linda di Muri pada majalah Gatra ini,
bisa Anda lihat dengan meng-klik saja alamat berikut:


Wednesday, January 8, 2003

SeRu!, 08-01-2003: "Rekoris & Cover Terbalik"



Rekoris & Cover Terbalik


Saya punya uneg-uneg nih… Saya berharap SeRu! menjadi pelopor dalam mempopulerkan kata rekoris, usulan saya untuk sebutan bagi pemegang rekor Muri. SeRu! sudah memulainya di edisi 3 (hal. 50), sayang di edisi 5 kata rekoris tidak dipakai lagi.

Cover SeRu! yang “bolak-balik terbalik” adalah ciri khas (mungkin yang pertama di Indonesia, bisa jadi masuk Muri nih…), tapi cuma 2 edisi kok langsung menghilang? Di edisi 3 saya maklum karena rambut Ecih yang panjang. Tapi edisi 4 kok tidak “bolak-balik terbalik” lagi?

Kalau menulis adanya pemecahan rekor, sebisa mungkin sajikan data (nama & catatan rekor lama sebagai pembanding). Contohnya rekor baru gebuk drum (ada data rekor baru dan lama). Di liputan “Sapu Tangan Tertua…” tak disebutkan misalnya rekoris lama slip gaji terbanyak adalah Jumeno asal Batang (disimpan sejak 1971). Atau di liputan “SeRu! Pecahkan Rekor” tak ada data rekoris lama. Misalnya teriakan terkeras rekoris wanita 118 db yang tak terpecahkan itu atas nama Fitriana Linawati asal Purbalingga.

Di edisi 4 tertulis Hari Mulyono usia 32 (lahir 1970), Lastri ibunya 40 tahun. Gak salah nih? Itu artinya sang ibu melahirkan Hari saat berusia 8 tahun, dan mungkin nikahnya saat usia 7 tahun. Kalau benar, bisa jadi ini rekor baru Muri.

Sekian surat saya, sukses selalu untuk SeRu!

Hendry Filcozwei Jan, SE


Terima kasih atas usul, saran & kritik Bung Hendry, sang rekoris yang namanya berulang kali tercatat di Muri (termasuk saat memecahkan rekor sendiri menyusun koin tertinggi dalam acara “SeRu! Pecahkan Rekor” ).

Sebagaimana cover edisi 3, cover edisi 4 tak kami buat bolak-balik karena cover depan dan belakang memiliki satu “tarikan napas” yang sama- sama-sama tentang manusia muka mbletot.

Seingat kami, Anda pernah berjanji untuk mengirim tulisan khas ke SeRu! ke redaksi SeRu!. Ayo, kami tunggu lho.


Surat Pembaca ini dimuat di majalah SeRu! 08/08-21 Januari 2003 hal. 13


*************************

Kata rekoris semula dipakai di majalah SeRu! dengan memberi tanda kutip Rekoris tapi akhirnya resmi dipakai (termasuk untuk judul berita/ headline), tanpa tanda kutip lagi. Usulan kata penggunaan kata rekoris telah disampaikan ke berbagai pihak yang sering berhubungan dengan rekoris.


Beberapa di antaranya: Prisma Entertainment yang memproduksi tayangan Rekor Nekat, Avicom yang memproduksi Luar Biasa (saat ditayangkan, di bawah nama saya tertulis Rekoris), Shandika Widya Cinema yang memproduksi Bussseeet!, ke tabloid Tokoh, dan berbagai pihak yang mewawancarai saya. Saat menulis artikel/ feature sehubungan dengan rekor, saya juga memakai kata rekoris. Beberapa yang telah menggunakan kata ini antara lain: harian Galamedia, majalah intern BVD (Berita Vimala Dharma), majalah sekolah, Gita, dan pada Buku Mini Tanda Kasih (souvenir pernikahan kami). Harapan saya ke depan, kata rekoris semakin memasyarakat, dan pada akhirnya bisa masuk ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).